"Turut serta melestarikan, mengangkat, dan mengembangkan kekayaan seni kuliner Nusantara"

Citarasa Gurih Manis

Pada masa lalu Kota Solo adalah ibukota Kerajaan Mataram. Sejak didirikan oleh Panembahan Senopati pada abad ke-16, ibukota Kerajaan Mataram berpindah-pindah, yang pertama di Kotagede, lalu di Kerta, lalu di Plered, lalu di Kartasura, dan kemudian di Desa Sala pada tahun 1745 yang secara resmi dinamakan Surakarta.
.
.
Sejak menjadi ibukota Mataram, di Solo dan sekitarnya berkembanglah seni musik, seni tari, seni wayang, seni batik. Tidak ketinggalan, seni kuliner pun menyertai perkembangan seni yang lain.
.
.
Seni kuliner Solo ditandai secara khas dengan citarasa gurih dan manis. Citarasa gurih dipengaruhi oleh banyaknya pohon kelapa di daerah tropikal. Demikian pula citarasa manis dipengaruhi oleh rasa buah-buahan tropikal. Secara khusus citarasa manis dalam seni kuliner Solo (dan Yogyakarta) sangat kuat terbentuk dengan keberadaan perkebunan tebu di sekitar Solo dan Yogya pada masa kolonial.
.
.
Di samping mempunyai asal-usul asli Nusantara, jika ditelusuri, seni kuliner Solo dipengaruhi pula oleh seni kuliner India, Cina, dan Eropa. Mereka yang pernah tinggal atau berwisata kuliner di Solo bisa merasakan nikmatnya perpaduan citarasa gurih dan manis itu. Tidaklah keliru apabila kini Solo semakin diakui sebagai salah satu kota tujuan wisata kuliner. (*BLS)
 .